Perdukunan di era globalisasi
Sekarang ini kata “Globalisasi” sepertinya sudah sangat tidak asing didengar. Globalisasi adalah adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas Negara. Globalisasi sendiri memiliki suatu dampak, baik dampak negative maupun dampak positif. Globalisasi menyebabkan modernisasi di suatu Negara, menyebabkan pergeseran nilai dan budaya masyarakat yang semula irasional menjadi rasional. Selain itu, salah satu dampak positif globalisasi adalah menjadi lebih berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mendorong setiap Negara untuk lebih maju.
Negara Indonesia sendiri sepertinya merupakan salah satu Negara yang mengalami dampak tersebut. Sangat terlihat bahwa perkembangan teknologi di Indonesia sekarang ini sangat meningkat. Masyarakat Indonesia sekarang ini juga umumnya lebih berfikir secara rasional. Jika difikir kembali, sebelum terjadi globalisasi banyak masyarakat Indonesia yang bisa dibilang berfikir secara irasional. Hal-hal tersebut bisa dibuktikan dengan banyaknya mitos-mitos yang beredar di Indonesia.
Mitos-mitos tersebut umumnya mengandung unsur gaib yang tidak dapat dijelaskan secara pasti, berbeda dengan ilmu pengetahuan tentunya. Di Indonesia, hal-hal gaib tersebut pun dapat dijadikan sumber “mata pencaharian” bahkan hingga sekarang yang notabene-nya sudah masuk di era globalisasi yang modern. Salah satu “mata pencaharian” itu adalah dukun.
Pada mulanya Dukun adalah orang-orang penolong tanpa pamrih. Dengan adanya Penipu yang menyamar sebagai Dukun ini maka dikenalah istilah Perdukunan yang nilainya negatif di masyarakat luas yaitu diasosiakan sebagai Seorang penipu. Sayangnya di Indonesia sekarang ini pun masih banyak masyarakat yang percaya dengan keterampilan seorang dukun. Dukun yang terkenal di Indonesia biasanya adalah dukun yang menurut pemberitaan, merupakan dukun yang bisa menyembuhkan penyakit. Banyak masyarakat berbondong-bondong untuk berobat kepada dukun tersebut tanpa memikirkan tentang rasional atau tidakkah pengobatan yang diberikan oleh si dukun, yang penting mereka bisa sembuh. Terkadang banyak juga yang memilih dukun dibandingkan dokter karena menilai bahwa diagnosa dokter yang berdasarkan ilmu pengetahuan tidak dapat menyembuhkan penyakit.
Jadi jika difikir lagi, apakah Negara Indonesia sudah sepenuhnya masuk kedalam era globalisasi? Sepertinya tidak. Memang dari segi teknologi dan modernisasi kehidupan Negara Indonesia mengalaminya, tetapi untuk pergeseran nilai dan budaya yang irasional menjadi rasional sepertinya belum sepenuhnya. Terutama dalam hal kesehatan. Sepertinya masyarakat Indonesia tidak cukup peduli dengan cara penyembuhan apa, selama mereka bisa sembuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar